Dalam masyarakat Indonesia
bagian timur, sistem kekeluargaan yang digunakan khususnya di Gorontalo adalah
sistem kekeluargaan / kekerabatan PATRILINEAL yaitu sistem kekeuargaan
yang menarik garis keturunan dari pihak ayah.
Di Gorontalo sendiri sistem
kekeluargaan semacam inilah yang digunakan oleh masyarakat setempat. Berbicara mengenai
akar pohon keluarga Daulima yang ada di Gorontalo tidak terlepas dari cerita
turun-temurun yang dihimpun dan dijadikan sebuah pohon keluarga yang nantinya
akan menjadi dasar penelusuran hubungan kekeluargaan dengan sesama marga
Daulima ataupun marga lain yang berhubungan secara perkawinan dengan keluarga
daulima.
Mendengar kata Daulima untuk
masyarakat Gorontalo pasti orang langsung menyangka bahwa Daulima bukanlah asli
dari Gorontalo, karena kebanyakan marga lokal di Gorontalo yang terkenal
bukanlah bunyi vokal seperti Daulima, namun lebih cenderung vokal O seperti
Polontalo, Mobonggi, Gobel,. Namun mendengar bunyi Daulima ketika diucapkan
maka masyarakat asli Gorontalo akan menyangka Daulima bukanlah marga asli
Gorontalo.
Benar saja, menurut cerita
dari Kakek saya, Daulima pertama kali ke Gorontalo adalah pendatang, yang asal
muasalnya dari Portugis (Portugal) terbukti dari turunan Daulima pertama yang
ada di Gorontalo memiliki ciri khas, postur tubuh yang tinggi, dan memiliki
bola mata biru, kulit kuning agak putih, dan hidung mancung. Namun yang
disayangkan penelusuran akar buyut Daulima di Gorontalo terhenti pada akar
Daulima Pada Opa Djafar Daulima dan ke tiga saudaranya.
Diperkirakan ayah dari Djafar
Daulima, Djahu Daulima, Nene Bakari Daulima, dan Bapu Daulima Kwandang,
merupakan pendatang (perantauan) dari
Timor yang merantau ke Sulawesi (Gorontalo) serta kakek dari Djafar bersaudara
adalah Orang Portugis yang menetap di Timor. Jika dilihat dari kelahiran Djafar
Daulima, Djahu Daulima, Nene Bakari, dan Bapu Kwandang, maka yang tertua dari
keempat bersaudara ini adalah Djafar Daulima, kemudian Djahu Daulima, disusul
Nene Bakari Daulima, dan yang terakhir Bapu Daulima Kwandang.
Ditelusuri dari kuburan Djafar
Daulima yang berada di Desa Luhu Kecamatan Telaga tercatat, Djafar Daulima
Lahir Pada Tahun 1875 dan Meninggal Tahun 1955 pada Usia 80 Tahun. Sehingga dapat
diambil kesimpuan bapak dari Djafar Daulima lahir pada Tahun 1850 atau 1845. Namun
ditelusuri dari Kuburan keluarga yang berada di Desa Luhu telaga, tidak
ditemukan makam dari ayah Djafar Daulima bersaudara. Ini menandakan bahwa bapak
dari Djafar Daulima tidak meninggal di Gorontalo, namun kembali ke Timor.
Mayoritas Daulima yang berada
di Gorontalo adalah beragama Islam, berbeda dengan Daulima yang ada di NTT yang
beragama Kristen, hal ini dibenarkan oleh mereka keluarga Daulima yang berada
di NTT yang mengatakan bahwa sebenarnya agama yang dianut oleh leluhur Daulima
adalah Kristen. Mencari akar kelaurga Daulima di Gorontalo akan sampai pada empat
orang buyut yang menjadi Daulima pertama di Gorontalo, yaitu :
1. Djafar
Daulima
2. Djahu
Daulima
3. Nene
Bakari Daulima
4. Bapu
Daulima Kwandang
Sehingga untuk turunan yang
ada saat ini sangat mudah untuk menemukan siapa, dan dari siapa turunannya
berasal, jika tidak ditemukan dari keempat orang diatas, bisa dipastikan maka
marga Daulima yang dipakai adalah tidak resmi. Adapun ditemukan dibeberapa
tempat ada yang menggunakan marga Daulima, setelah ditelusuri dari siapa
turunan itu berasal ternyata tidak ada hubungan dari empat orang Daulima di
atas.
Untuk itu dilakuakan
penelusuran yang mendalam, dilakuakan tanya jawab dengan sesepuh yang
menggunakan marga Daulima tersebut, dan didapati ternyata itu adalah kesalahan
penulisan, mereka sebenarnya bermarga Dauliha, namun karena terdengar asing
maka anak-anak mereka yang melanjutkan sekolah diberi marga Daulima, demikian
hasil penelusuran keluarga daulima yang tidak ada hubungan dari 4 orang daulima
diatas.
Secara garis besar Daulima
yang berkembang di Makassar, Jawa, Manado adalah Daulima yang berasal dari
Gorontalo. Untuk itu saya sajikan pohon akar keluarga Daulima dari Generasi
pertama di Gorontalo hingga generasi ke lima. Diberi nomor agar mudah untuk
membacanya. Adapun cara untuk membacanya adalah :
a. Setiap
nomor mewakili nomor Buyut, dalam hal ini Daulima di Gorontalo hanya memiliki 4
orang buyut, sehingga penomoran awal hanya 1-4
1. Djafar
Daulima
2. Djahu
Daulima
3. Nene
Bakari Daulima
4. Bapu
Daulima Kwadang
b. Pada
penomoran ke dua (digit ke dua) akan mewaliki nomor anak dari turunan (1-4)
Contoh 1.1 (dibaca) anak
pertama dari Buyut Pertama
c. Pada
penomoran ke tiga (digit ke tiga) akan mewakili cucu begitu seterusnya.
Contoh : 1.2.1 = (dibaca) cucu
pertama dari anak kedua pada buyut pertama.
Contoh : 2.2.1 = (dibaca) cucu
pertama dari anak kedua pada buyut kedua.
Selanjutnya untuk Pohon Akar Kelarga Daulima akan di Posting pada postingan selanjutnya :
Bagi bpk/anak laki dr keturunan Daulima agar mengis family tree agr tersambung keturunannya.Lusiana Mohi/Ibu Dahlima
BalasHapus